Tampilkan postingan dengan label Cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cinta. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 September 2020

Mantra Pelipur Lara


Tuhan . . .
Aku rabun filsafat cinta
Telaga religius pun aku tersamar
Hanya mantra penuh makna
Pelipur lara dalam asa tak berpijar

Dalam keheningan penuh kerinduan 
Kusemai mantra berhias kemenyan
Mengawal Kun menghembus Fayakun
Kurapal bertalun pada hampa dirgantara

Kurebut mentari dari semesta Ilahi
Kutanam rembulan dalam bahtera diri
Kulebur raga di atas singgasana Rabbi
Hingga kilau meronta tiada menepi

Wahai Pemilik Sukma
Bila sapamu tak mampu menyela
Hasratmu sirna terluntai elok rupa
Datanglah engkau sang pemilik raga
Menyatu dalam lirih senja berasa

Minggu, 30 Agustus 2020

Risalah Rindu Yang Terlarang


Sumber Foto Internet

Kekasihku . . .
Masihkah ku berhak memanggilmu sayang
Pantaskah lirih rindu kembali kulafalkan 
Bersua menimang senja hingga terlelap 
Seperti dulu . . .
Sebelum cucu Adam meminangmu
Menyimpulmu dalam rapalan kalimat syahadat

Aku tahu angan itu tak mungkin lagi terjadi
Tetapi batin ini tak mampu menerima kemustahilan itu
Kenyataan jika bunga yang tumbuh dalam dekapku
Harus mekar dan berlabuh di dermaga baru

Apakah engkau tahu
Takdirmu menghujam ribuan luka dalam sukmaku
Merenggut jiwa dari tubuh rentaku
Kau pasung petaka dalam benakku
Hingga jemari ini menolak garis takdirku sendiri 

Tapi Kekasihku . . .
Meski kau lontarkan ratusan sajak penyesalan
Kau titip puluhan syair permaafan
Sakitku tak kunjung menua 
Setelah kau tikam aku dengan satire permakluman
Bergagang dusta dalam warangka kepalsuan

Tapi kekasihku . . . 
Hatiku terlalu larut memujamu
Kusemai luka itu di setiap nadiku
Kubasuh dalam telaga air mata
Lalu kutimang dalam buai sendandung para dewa
Hingga luka itu adalah aku

Lidahku terlalu kotor untuk menghujat
Hatiku terlampau busuk jika harus mengumpat
Aku memilih bersemayang dalam dimensimu
Menikmati fatamorgana malam pengantinmu

Lihatlah diriku yang derana
Meski dendam membara dalam dada
Tetesan darah mengalirkan amarah
Kebencian memuncak dalam tapak langkah
Ku hanya mampu terdiam tanpa nada
Menyulam sisa kenangan dalam napas yang temaram

Kini tubuhku lunglai tak berdaya
Terbujur kaku dalam gubuk yang hampa
Tertatih dalam jebakan luka yang berdendang
Mengecap surga meski harus tercincang
Tanpa kata dan isyarat asa
Bungkam dalam rindu yang terlarang

Teras Mamuju, 30 November 2019