Rabu, 30 September 2020

Mahakarya Kaum Cendala


Jemari cendala kian meronta
Menyemai teror di sudut praja
Berulah jikalau sepi nan gulita
Menabuh sampah di balik peluput mata

Dia tahu gubahnya mengundang bala
Samarkan pesona bentala jagat raya
Tapi hati tak menaruh iba
Sebab ego telah menyimpul jiwa


Jika tak kau tampak
Lucuti indramu hingga terburai
Sorot bola matamu ke tanah tanpa jarak
Lalu biarkan pupilmu tiada henti menari

Lihat
Tengok pijakmu saksama
Saksikan mahakarya kaum cendala
Merangkai seni sempuras berbau busuk
Menata jamuan bagi lalat dan tikus

Wahai anak muda
Apa kau tak sakit melihatnya
Apa kau miris menyaksikannya
Darahmu membara bertabuh asa
Jangan biarkan si cendela membabi buta

Bangun, lawan 
Biarkan laku bijakmu menyemai semesta
Berdirilah tegak di awal mentari
Bakar tekadmu yang tak berarti
Korbankan gelora Mamuju Mapaccing dalam nadi
Lalu raih Manurung Makkarana sejati
Demi malaqbi’ yang tak pernah mati


Minggu, 27 September 2020

Mantra Pelipur Lara


Tuhan . . .
Aku rabun filsafat cinta
Telaga religius pun aku tersamar
Hanya mantra penuh makna
Pelipur lara dalam asa tak berpijar

Dalam keheningan penuh kerinduan 
Kusemai mantra berhias kemenyan
Mengawal Kun menghembus Fayakun
Kurapal bertalun pada hampa dirgantara

Kurebut mentari dari semesta Ilahi
Kutanam rembulan dalam bahtera diri
Kulebur raga di atas singgasana Rabbi
Hingga kilau meronta tiada menepi

Wahai Pemilik Sukma
Bila sapamu tak mampu menyela
Hasratmu sirna terluntai elok rupa
Datanglah engkau sang pemilik raga
Menyatu dalam lirih senja berasa